Bermain Api: Risiko Besar Perlakuan Tuchel pada Bellingham di Timnas Inggris

Gia Yuda Pradana | 18 November 2025 21:51
Bermain Api: Risiko Besar Perlakuan Tuchel pada Bellingham di Timnas Inggris
Reaksi Jude Bellingham (Inggris) dalam laga kontra Albania, Kualifikasi Piala Dunia 2026 di Arena Kombetare, 17 November 2025 (c) AP Photo/Vlasov Sulaj

Bola.net - Jude Bellingham tak diragukan lagi adalah salah satu pemain Inggris yang paling berbakat. Dalam usia yang masih sangat muda, ia telah menjadi tulang punggung di klub raksasa sekelas Real Madrid. Namun, di level Timnas Inggris, Pelatih Thomas Tuchel justru 'bermain api' yang sangat berisiko dengan bintang lini tengah tersebut. Sejak mengambil alih kendali The Three Lions, Tuchel terlihat sengaja membatasi waktu bermain sang gelandang, sebuah keputusan yang menimbulkan pertanyaan besar mengenai strategi jangka pendeknya menjelang Piala Dunia 2026.

Keputusan berani Tuchel ini bisa dilihat sebagai upaya penegasan bahwa tidak ada satu pemain pun yang lebih besar dari tim, bahkan bintang sekelas Bellingham. Bintang Real Madrid itu hanya mencatatkan satu kontribusi gol — sebuah assist untuk Myles Lewis-Skelly — dalam kemenangan 2-0 melawan Albania pada Maret, yang merupakan laga pertama Inggris di bawah Tuchel. Setelah itu, baik karena cedera bahu yang membuatnya absen dalam beberapa pertandingan maupun karena pencoretan dari skuad pada jeda internasional Oktober, kontribusi Bellingham di era Tuchel sangatlah minim.

Advertisement

Meskipun kemudian dipanggil kembali untuk Kualifikasi Piala Dunia 2026, Bellingham hanya tampil sebagai pemain pengganti saat menang atas Serbia. Ia bahkan bereaksi dengan marah ketika ditarik keluar dalam kemenangan The Three Lions melawan Albania. Strategi ini, di satu sisi, membangun fondasi disiplin; tetapi di sisi lain, berpotensi memicu ketegangan dengan pemain yang dianggap sebagai aset terbesar tim. Tuchel memiliki target tunggal: memenangkan Piala Dunia tahun depan, dan demi mencapai tujuan itu, ia tampaknya siap mengambil taruhan besar, bahkan jika itu berarti membuat frustrasi pemain terbaiknya.

1 dari 2 halaman

Tuchel vs Jude Bellingham

Tuchel vs Jude Bellingham

Pelatih Inggris, Thomas Tuchel memberikan instruksi kepada Declan Rice dan Anthony Gordon pada laga melawan Andorra di Kualifikasi Piala Dunia 2026. (c) AP Photo/Joan Monfort

Thomas Tuchel berulang kali berusaha meredam isu terkait masalahnya dengan Bellingham. Akan tetapi, ia secara canggung pernah mengungkapkan kepada talkSPORT pada Juni lalu bahwa ibunya menganggap perilaku sang pemain di lapangan "menjijikkan" (repulsive). Tuchel sendiri kemudian memberikan penegasan publik mengenai pentingnya sikap dan rasa hormat dalam tim, terutama ketika menghadapi keputusan taktis pelatih.

Fabrizio Romano mengutip pernyataan Tuchel baru-baru ini, yang mengatakan, "Saya melihat bahwa Jude Bellingham tidak senang ketika ia keluar. Saya tidak ingin mempermasalahkan lebih jauh, tetapi saya berpegang pada perkataan saya: perilaku adalah kunci, dan rasa hormat terhadap rekan satu tim yang masuk... Keputusan dibuat dan Anda harus menerimanya sebagai pemain." Keputusan untuk membatasi menit bermain Bellingham ini merupakan pesan tegas kepada seluruh skuad bahwa tempat siapa pun tidak dijamin, terlepas dari seberapa besar nama mereka atau berapa gaji mereka. Kontrak Tuchel dengan Inggris hanya berlaku hingga setelah Piala Dunia 2026. Oleh karena itu, ia tidak perlu khawatir dengan keharmonisan skuad dalam jangka panjang.

2 dari 2 halaman

Inggris Butuh Jude Bellingham dalam Performa Terbaiknya

Inggris Butuh Jude Bellingham dalam Performa Terbaiknya

Jude Bellingham dari Real Madrid bereaksi usai pertandingan La Liga melawan Barcelona di Santiago Bernabeu, Minggu, 26 Oktober 2025 (c) AP Photo/Bernat Armangue

Meskipun upaya penegakan disiplin sangat penting, perlakuan Tuchel terhadap Jude Bellingham membawa risiko yang signifikan. Jude Bellingham masih bisa dibilang sebagai salah satu pemain terbaik Inggris saat ini. Mereka membutuhkan kehadirannya pada Piala Eropa terakhir, di mana ia mencetak gol spektakuler dengan tendangan salto untuk menghindari kekalahan memalukan dari Slovakia.

Inggris telah lama menjadi tim yang gagal memenuhi harapan di panggung internasional dan belum pernah mengangkat trofi mayor sejak tahun 1966. Mereka sempat hampir mencapainya di bawah pendahulu Tuchel, Gareth Southgate, yang berhasil mencapai dua final Kejuaraan Eropa. Namun, beban seragam The Three Lions terasa berat, dan Southgate gagal membawa Inggris melewati rintangan terakhir. Tuchel tahu ia membutuhkan semua aset terbaiknya dalam kondisi prima untuk mencapai puncak kejayaan. Jika ia terus membuat sang pemain frustrasi, ia tidak akan bisa mendapatkan performa terbaik dari Jude Bellingham selama turnamen berlangsung, yang pada akhirnya bisa menggagalkan ambisi besarnya untuk membawa pulang trofi Piala Dunia.

Sumber: The Real Champs

LATEST UPDATE