Dari Wina ke Munchen: Jalan Panjang Inter Menuju Final Liga Champions Ke-7

Dari Wina ke Munchen: Jalan Panjang Inter Menuju Final Liga Champions Ke-7
Selebrasi Davide Frattesi dkk. dalam laga semifinal Liga Champions antara Inter Milan vs Barcelona, Rabu (7/5/2025). (c) AP Photo/Antonio Calanni

Bola.net - Munchen kembali menyambut mimpi. Inter Milan resmi mengamankan tempat di final Liga Champions musim 2024/2025 setelah mengalahkan Barcelona dalam duel dua leg yang menggila. Di Giuseppe Meazza, laga berakhir dengan skor 4-3 setelah melalui perpanjangan waktu, melengkapi hasil imbang 3-3 di Estadi Olimpic Lluis Companys.

Pertandingan penuh drama itu menampilkan segalanya. Lautaro Martinez membuka keunggulan, Hakan Calhanoglu menggandakannya dari titik putih, lalu Barcelona bangkit lewat Eric Garcia, Dani Olmo, dan Raphinha. Namun, Francesco Acerbi menyelamatkan Inter di injury time, kemudian Davide Frattesi mencetak gol kemenangan, dan Yann Sommer tampil heroik di bawah mistar.

Kini, di final ketujuh mereka, Inter tinggal selangkah lagi untuk menambah perolehan gelarnya menjadi empat. Lawan yang akan dihadapai adalah PSG atau Arsenal, dua tim dengan cerita Eropa mereka masing-masing.

Agar kamu tidak ketinggalan informasi terbaru seputar Liga Champions, kamu bisa join di Channel WA Bola.net dengan KLIK DI SINI.

1 dari 8 halaman

Wina 1964: Awal Kejayaan dari Kota Musik

Wina 1964: Awal Kejayaan dari Kota Musik

Para suporter Inter Milan (c) AP Photo/Antonio Calanni

Inter pertama kali mencium aroma kejayaan Eropa di Wina, 27 Mei 1964. Saat itu, mereka menumbangkan raksasa Real Madrid dengan skor 3-1 dalam partai final di Praterstadion. Dua gol Sandro Mazzola dan satu dari Aurelio Milani menjadi saksi lahirnya raja baru Eropa.

Kemenangan itu membuat Milan menjadi kota pertama dengan dua juara Eropa. AC Milan sebelumnya menjadi juara pada 1963 dan kini giliran rival sekota mereka yang menguasai benua.

Di bawah asuhan Helenio Herrera, Inter memperkenalkan catenaccio kepada dunia. Sebuah sistem bertahan yang seakan ditakdirkan untuk malam-malam besar seperti ini.

Pertandingan Selanjutnya
Serie A Serie A | 13 September 2025
Juventus Juventus
23:00 WIB
Inter Milan Inter Milan
La Liga La Liga | 15 September 2025
Barcelona Barcelona
02:00 WIB
Valencia Valencia
2 dari 8 halaman

San Siro 1965: Takhta Dipertahankan di Kandang Sendiri

San Siro 1965: Takhta Dipertahankan di Kandang Sendiri

Stadion San Siro atau Giuseppe Meazza. (c) AP Photo

Setahun berselang, Inter kembali menuliskan kisah manis di kandang sendiri, San Siro. Pada 27 Mei 1965, mereka menang tipis 1-0 atas Benfica berkat gol Jair. Itu menjadi kali terakhir hingga kini sebuah tim menjuarai Liga Champions di stadionnya sendiri.

Tak mudah bagi Inter untuk sampai ke sana. Mereka harus menyingkirkan Dinamo Bucuresti, Rangers, dan Liverpool. Namun, di final, satu momen dari Jair cukup untuk mempertahankan mahkota.

Inter menjadi klub pertama yang menjuarai dua final berturut-turut, dengan salah satunya di kandang sendiri. Italia pun merayakan tiga gelar berturut-turut, dimulai dari AC Milan di 1963.

3 dari 8 halaman

Lisbon 1967: Catenaccio Tersungkur oleh Serangan Total

Lisbon 1967: Catenaccio Tersungkur oleh Serangan Total

Suporter Inter Milan (c) AP Photo

Namun, dongeng Inter tak selalu berakhir bahagia. Pada 25 Mei 1967, mereka tumbang 1-2 dari Celtic di final yang digelar di Estadio Nacional, Lisbon. Mazzola sempat membawa Inter unggul lewat penalti, tapi Celtic membalikkan keadaan lewat Tommy Gemmell dan Stevie Chalmers.

Itu menjadi kemenangan pertama Celtic di ajang ini dan menjadikan mereka tim Britania pertama yang mengangkat trofi. Gaya menyerang ala Celtic dianggap sebagai 'kemenangan sepak bola' atas taktik bertahan Inter.

Celtic era itu dijuluki 'Lisbon Lions' dan dilabeli sebagai tim terbaik sepanjang sejarah klub. Inter pun pulang dengan luka dan pelajaran pahit dari tanah Portugal.

4 dari 8 halaman

Rotterdam 1972: Total Football Menenggelamkan Inter

Rotterdam 1972: Total Football Menenggelamkan Inter

Bola Liga Champions (c) AP Photo/Emilio Morenatti

Lima tahun berselang, Inter kembali mencicipi final. Namun, kali ini, mereka dihancurkan oleh Ajax dan total football milik Johan Cruyff. Di De Kuip, Rotterdam, dua gol Cruyff di babak kedua membuat Inter tak berdaya.

Inter kembali mengandalkan catenaccio, tapi strategi itu tak sanggup menahan gempuran Ajax yang bermain dengan intensitas dan kreativitas tinggi. Kekalahan 0-2 itu mengukuhkan dominasi sepak bola Belanda di Eropa.

"Ini adalah puncak dari total football," begitu narasi media Belanda pascalaga. Inter pun kembali harus merelakan trofi melayang ke tangan lawan yang lebih progresif.

5 dari 8 halaman

Madrid 2010: Bangkit dari Abu

Madrid 2010: Bangkit dari Abu

Jose Mourinho melakukan selebrasi usai laga leg kedua semifinal Liga Champions 2009/10 antara Barcelona vs Inter Milan di Camp Nou. (c) AP Photo/Antonio Calanni

Setelah nyaris empat dekade tanpa kejayaan Eropa, Inter bangkit di era Jose Mourinho. Final 2010 di Santiago Bernabeu menjadi panggung Diego Milito. Dua golnya membawa Inter menang 2-0 atas Bayern Munchen dan mengakhiri puasa gelar sejak 1965.

“Kemenangan ini membawa kebahagiaan luar biasa,” ucap Milito seusai pertandingan. “Kami pantas mendapatkannya.” Mourinho menjadi arsitek dari keajaiban itu, tapi kemudian pergi mengejar impian bersama Real Madrid.

“Inter adalah tim paling efektif,” akui kapten Bayern, Mark van Bommel, mengakui kehebatan taktik bertahan-berubah-menyerang ala Mourinho. Inter menyelesaikan musim dengan treble winner, pertama dalam sejarah sepak bola Italia.

6 dari 8 halaman

Istanbul 2023: Kembali ke Peta Elite Eropa, tapi Terluka

Istanbul 2023: Kembali ke Peta Elite Eropa, tapi Terluka

Selebrasi dua pemain Manchester City, Nathan Ake dan Ederson, usai menang atas Inter Milan di final Liga Champions 2023 (c) AP Photo/Manu Fernandez

Inter sempat kembali ke final pada 2023. Di Ataturk Olympic Stadium, mereka harus mengakui keunggulan Manchester City dengan skor 0-1. Rodri mencetak satu-satunya gol, sekaligus membawa City meraih treble bersejarah.

Meskipun kalah, performa Inter cukup terhormat. Mereka mampu menahan City sepanjang babak pertama dan bahkan memiliki beberapa peluang emas di babak kedua. Namun, keberuntungan tak berpihak.

Bagi Inter, kekalahan itu menyakitkan, tapi juga menyadarkan bahwa mereka telah kembali ke peta elite Eropa. Dua tahun berikutnya, mereka menjawab dengan satu kata: final.

7 dari 8 halaman

Munchen 2025: Inter Membawa Warisan, Pengalaman, dan Keyakinan

Munchen 2025: Inter Membawa Warisan, Pengalaman, dan Keyakinan

Pelatih Inter Milan, Simone Inzaghi merayakan kemenangan timnya atas Barcelona di semifinal Liga Champions 2024-2025. (c) AP Photo/Luca Bruno

31 Mei 2025 menjadi penentu. Di Allianz Arena, Inter akan berjuang di final Liga Champions ketujuh mereka. Simone Inzaghi, sang pelatih, mengejar gelar Eropa pertamanya sebagai pelatih setelah pernah meraihnya sebagai pemain Lazio di UEFA Super Cup 1999.

Henrikh Mkhitaryan juga membawa misi sejarah pribadi. Jika menang, dia akan menjadi pemain pertama yang menjuarai tiga kompetisi mayor Eropa dengan tiga klub berbeda.

8 dari 8 halaman

Rekor Inter di Final European Cup/Liga Champions

Rekor Inter di Final European Cup/Liga Champions

Para pemain Inter Milan merayakan kemenangan atas Barcelona di leg kedua semifinal Liga Champions 2024/2025, Rabu (7/5/2025) dini hari WIB. (c) AP Photo/Luca Bruno

Jejak Inter di final European Cup/Liga Champions (c) Infografis ini diolah menggunakan AIJejak Inter di final European Cup/Liga Champions (c) Infografis ini diolah menggunakan AI

Lawan mereka belum dipastikan, antara Arsenal atau PSG. Namun, siapa pun yang datang, Inter membawa warisan, pengalaman, dan keyakinan bahwa sejarah bukan sekadar masa lalu—ia bisa jadi senjata di masa kini.