
Bola.net - Niat Menteri Pemuda Dan Olahraga (Menpora) Andi Mallarangeng untuk memanggil Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) dan Komite Peyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) akhirnya terwujud. Pertemuan itu digelar di ruang kerja Menpora, Jakarta, Rabu (5/12) petang.
Menpora ingin agar kedua kubu yang masih berseteru tersebut dapat menindaklanjuti ultimatum dari Federasi Sepak bola Dunia (FIFA). FIFA menyampaikannya melalui surat tertanggal 26 November 2012, yang ditulis oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) Jerome Valcke.
Dalam pertemuan yang digelar terpisah dan tertutup tersebut, KPSI mendapat jadwal pemanggilan pukul 15:30 WIB, sedangkan PSSI pada pukul 14:30 WIB. Menpora menjelaskan bahwa FIFA mendesak pemerintah agar bersikap tegas dalam masalah persepakbolaan di Indonesia. Pihak pemerintah yang dimaksud dalam surat tersebut tidak lain adalah Menpora.
Menurut Andi kepada para wartawan, dia menyebutkan bahwa FIFA tidak melihat adanya kemajuan dan penyelesaian yang tepat. Sehingga, dilanjutkannya, pemerintah diminta segera mengambil sikap terkait permasalahan tersebut.
Namun yang memprihatinkan, dikatakan pengamat sepak bola nasional Lumba Ubaya Rajasa, Menpora justru mengeluarkan ancaman dengan meminta kepada Kapolri Timur Pradopo untuk melarang PSSI menggelar Kongres.
"Ini adalah sebuah ancaman yang dapat diartikan sebagai sebuah intervensi pemerintah. Seharusnya, Menpora tidak boleh bersikap demikian," ujar Lumba Ubaya Rajasa mengkritisi politisi asal partai Demokrat tersebut.
Dilanjutkan Lumba Ubaya, hal tersebut dilakukan Menpora agar PSSI tidak dapat menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) yang sudah dijadwalkan di Palangkaraya, 10 Desember mendatang.
"Bisa dilihat jelas keberpihakan Menpora terhadap KPSI. Padahal, Menpora harus bersikap netral dan lebih melindungi PSSI. Apalagi, Menpora juga ngotot supaya PSSI dan KPSI menggelar satu Kongres. Sedangkan votersnya (pemilik suara sah PSSI), yakni sesuai di KLB Solo pada 9 Juni 2011 silam dan bukan Palangkaraya," terangnya.
"Tujuan tersebut sangat jelas, yakni untuk menggulingkan Djohar Arifin dari posisi Ketua Umum PSSI. Mayoritas voters Solo yang kini tidak lagi mengakui Djohar tentunya memberikan keuntungan kepada La Nyalla Mahmud Mattalitti untuk menempati posisi Ketua Umum," terangnya.
Ditambahkan Lumba Ubaya Rajasa, Menpora juga minta agar Kongres dapat digelar di Jakarta sebelum 10 Desember. Alasanya, karena dianggap strategis dan lokasinya mudah dijangkau dari manapun. Jika mengacu pada KLB di Solo, artinya sebanyak 101 voters akan hadir. Jumlah tersebut juga sesuai dengan keputusan Kongres Tahunan PSSI di Bali, 20-21 Januari 2011.
Sayangnya, permintaan Menpora tersebut ditolak mentah-mentah PSSI. Sebab, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PSSI Halim Mahfudz menerangkan, hal tersebut merupakan pelanggaran terhadap statuta AFC dan FIFA. (esa/gia)
Menpora ingin agar kedua kubu yang masih berseteru tersebut dapat menindaklanjuti ultimatum dari Federasi Sepak bola Dunia (FIFA). FIFA menyampaikannya melalui surat tertanggal 26 November 2012, yang ditulis oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) Jerome Valcke.
Dalam pertemuan yang digelar terpisah dan tertutup tersebut, KPSI mendapat jadwal pemanggilan pukul 15:30 WIB, sedangkan PSSI pada pukul 14:30 WIB. Menpora menjelaskan bahwa FIFA mendesak pemerintah agar bersikap tegas dalam masalah persepakbolaan di Indonesia. Pihak pemerintah yang dimaksud dalam surat tersebut tidak lain adalah Menpora.
Menurut Andi kepada para wartawan, dia menyebutkan bahwa FIFA tidak melihat adanya kemajuan dan penyelesaian yang tepat. Sehingga, dilanjutkannya, pemerintah diminta segera mengambil sikap terkait permasalahan tersebut.
Namun yang memprihatinkan, dikatakan pengamat sepak bola nasional Lumba Ubaya Rajasa, Menpora justru mengeluarkan ancaman dengan meminta kepada Kapolri Timur Pradopo untuk melarang PSSI menggelar Kongres.
"Ini adalah sebuah ancaman yang dapat diartikan sebagai sebuah intervensi pemerintah. Seharusnya, Menpora tidak boleh bersikap demikian," ujar Lumba Ubaya Rajasa mengkritisi politisi asal partai Demokrat tersebut.
Dilanjutkan Lumba Ubaya, hal tersebut dilakukan Menpora agar PSSI tidak dapat menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) yang sudah dijadwalkan di Palangkaraya, 10 Desember mendatang.
"Bisa dilihat jelas keberpihakan Menpora terhadap KPSI. Padahal, Menpora harus bersikap netral dan lebih melindungi PSSI. Apalagi, Menpora juga ngotot supaya PSSI dan KPSI menggelar satu Kongres. Sedangkan votersnya (pemilik suara sah PSSI), yakni sesuai di KLB Solo pada 9 Juni 2011 silam dan bukan Palangkaraya," terangnya.
"Tujuan tersebut sangat jelas, yakni untuk menggulingkan Djohar Arifin dari posisi Ketua Umum PSSI. Mayoritas voters Solo yang kini tidak lagi mengakui Djohar tentunya memberikan keuntungan kepada La Nyalla Mahmud Mattalitti untuk menempati posisi Ketua Umum," terangnya.
Ditambahkan Lumba Ubaya Rajasa, Menpora juga minta agar Kongres dapat digelar di Jakarta sebelum 10 Desember. Alasanya, karena dianggap strategis dan lokasinya mudah dijangkau dari manapun. Jika mengacu pada KLB di Solo, artinya sebanyak 101 voters akan hadir. Jumlah tersebut juga sesuai dengan keputusan Kongres Tahunan PSSI di Bali, 20-21 Januari 2011.
Sayangnya, permintaan Menpora tersebut ditolak mentah-mentah PSSI. Sebab, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PSSI Halim Mahfudz menerangkan, hal tersebut merupakan pelanggaran terhadap statuta AFC dan FIFA. (esa/gia)
Advertisement
Berita Terkait
LATEST UPDATE
-
Liga Champions 23 Oktober 2025 05:37
-
Liga Champions 23 Oktober 2025 05:00
-
Liga Champions 23 Oktober 2025 04:38
-
Liga Champions 23 Oktober 2025 04:25
-
Liga Champions 23 Oktober 2025 04:22
-
Liga Champions 23 Oktober 2025 04:19
MOST VIEWED
HIGHLIGHT
- 9 Pemain yang Pernah Disarankan Ralf Rangnick untu...
- Manchester United Terpuruk, 4 Eks Pemainnya Malah ...
- 5 Pemain Manchester United yang Bakal Diuntungkan ...
- 7 Pemain Premier League yang Kariernya Bisa Selama...
- 4 Pelatih Paling Cepat Capai 250 Kemenangan di Pre...
- 9 Bek Tengah Incaran Liverpool di Bursa Transfer 2...
- 10 Transfer Termahal Dalam Sejarah AC Milan: Dari ...