PSG, Lima Tahun Setelah Lisbon

Gia Yuda Pradana | 30 Mei 2025 15:49
PSG, Lima Tahun Setelah Lisbon
Selebrasi kiper PSG, Gianluigi Donnarumma dengan kapten Marquinhos setelah menggagalkan peluang Arsenal di leg I semifinal Liga Champions 2024-2025. (c) AP Photo/Kin Cheung

Bola.net - Paris Saint-Germain (PSG) berdiri di ambang sejarah. Minggu dini hari nanti, mereka akan menghadapi Inter Milan di Allianz Arena dalam final Liga Champions 2024/2025. Bagi PSG, ini bukan sekadar pertandingan, melainkan kesempatan emas untuk menutup luka lama.

Lima tahun lalu, mereka gagal di final pertama mereka melawan Bayern Munich di Lisbon. Kini, di Munich—kandang sang lawan waktu itu—mereka punya peluang untuk membalikkan narasi. Inter Milan bukan lawan mudah, tapi PSG datang dengan tekad yang berbeda.

Advertisement

Bayangan 2020 masih membayangi. Namun, kali ini, Luis Enrique membawa tim yang lebih matang dan solid. Apakah Munich akan menjadi tempat di mana mimpi mereka akhirnya terwujud?

1 dari 4 halaman

Lisbon 2020: Mimpi yang Berubah Menjadi Luka

Musim panas 2020 seharusnya menjadi momen bersejarah bagi PSG. Di tengah pandemi yang membuat dunia sepak bola sunyi, mereka mencapai final Liga Champions untuk pertama kalinya. Namun, Estadio da Luz justru menjadi saksi bisu kekecewaan mereka.

Di bawah asuhan Thomas Tuchel, PSG datang dengan Neymar, Kylian Mbappe, dan Angel Di Maria sebagai bintang utama. Mereka menciptakan peluang, mendominasi permainan, tapi gagal mencetak gol. Satu-satunya gol malam itu justru datang dari Kingsley Coman, pemain jebolan akademi PSG sendiri.

Skor 1-0 untuk Bayern Munich menjadi akhir yang pahit. Ruang ganti PSG dipenuhi air mata, sementara trofi besar Eropa masih jauh dari genggaman. Kekalahan itu meninggalkan bekas yang dalam—bekas yang masih terasa hingga hari ini.

2 dari 4 halaman

Luka PSG yang Tak Kunjung Sembuh

Final Lisbon bukan sekadar kekalahan biasa. Itu adalah momen di mana PSG merasa sangat dekat, tapi akhirnya terjatuh. Mereka tampil baik, tapi kurang beruntung. Keylor Navas menjadi benteng yang kokoh, tapi Manuel Neuer lebih tak terbaca.

Neymar dan Mbappe punya peluang emas, tapi bola tak mau masuk. Ketika Coman mencetak gol di menit 59, segalanya berubah. PSG berusaha bangkit, tapi waktu tak berpihak. Sejak itu, setiap langkah mereka di Liga Champions seolah dibayangi trauma.

Kegagalan demi kegagalan di babak knockout berikutnya hanya mempertegas asumsi bahwa PSG harus mengubur kenangan pahit dari Lisbon. Sekarang, kesempatan itu ada di depan mata.

3 dari 4 halaman

Munich 2025: Wajah Baru, Semangat Baru

Lima tahun setelah Lisbon, PSG kembali ke final dengan wajah yang berbeda. Di bawah Luis Enrique, mereka tak lagi bergantung pada individu. Kini, yang berbicara adalah kerja tim, kedisiplinan, dan kecerdasan taktis.

Fabian Ruiz menjadi otak permainan, Achraf Hakimi menghadirkan ancaman di sayap, sementara Gianluigi Donnarumma menjaga gawang dengan gemilang. Mereka bukan lagi tim yang mudah goyah, melainkan skuad dengan mental juara.

Yang menarik, final kali ini digelar di Allianz Arena—markas Bayern Munich, tim yang mengalahkan mereka di 2020. Apakah ini takdir, atau justru ujian terberat sebelum akhirnya menulis sejarah?

4 dari 4 halaman

PSG: Menguji Mental, Mencari Penebusan

Laga melawan Inter Milan bukan sekadar pertandingan. Ini adalah ujian mental, pencarian penebusan, dan pertarungan melawan masa lalu. Menang, dan PSG akhirnya bisa melupakan Lisbon. Kalah, dan luka itu akan semakin dalam.

Jika trofi akhirnya dibawa pulang ke Paris, ini akan menjadi titik balik bagi klub. Mereka tak lagi dilabeli 'klub kaya tanpa prestasi', melainkan juara Eropa sejati. Akan tetapi, jika gagal, pertanyaan besar akan kembali menghantui: akankah mereka pernah bisa menang?

Malam Minggu nanti, PSG punya dua pilihan: menciptakan sejarah baru, atau kembali hidup dalam bayang-bayang Lisbon. Yang pasti, semua mata akan tertuju ke Munich.

LATEST UPDATE