Babak Baru Ekonomi Digital ASEAN, Potensi USD 2 Triliun Menanti Finalisasi DEFA
Editor Bolanet | 7 Oktober 2025 13:33
Bola.net - Kawasan Asia Tenggara (ASEAN) tengah memasuki fase krusial dalam integrasi ekonomi digitalnya. Perundingan ASEAN Digital Economy Framework Agreement (DEFA) menjadi agenda sentral untuk membuka potensi tersebut.
Langkah ini diperkuat melalui pertemuan putaran ke-14 yang digelar di Jakarta selama empat hari. Kehadiran seluruh perwakilan negara anggota menandakan adanya komitmen bersama yang solid.
Dengan populasi mencapai 680 juta jiwa, ASEAN telah diakui sebagai pasar digital paling dinamis di dunia. DEFA diharapkan dapat mengukuhkan posisi kawasan sebagai kekuatan ekonomi digital global.
Dalam konteks ini, Indonesia memegang peran strategis sebagai pemimpin ekonomi digital di kawasan. Kepemimpinan ini menjadi faktor pendorong utama dalam upaya finalisasi kesepakatan.
Namun, di balik prospek yang menjanjikan, terdapat sejumlah tantangan fundamental yang perlu diatasi. Harmonisasi regulasi menjadi salah satu pekerjaan rumah terbesar bagi para negosiator.
Lebih jauh lagi, keberhasilan implementasi DEFA tidak hanya akan menentukan masa depan ekonomi regional. Perjanjian ini juga selaras dengan visi transformasi digital nasional yang menargetkan Indonesia sebagai negara maju pada 2045.
Menggandakan Potensi: Proyeksi Ekonomi Digital ASEAN Pasca-DEFA
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto memaparkan bahwa tren ekonomi digital ASEAN terus menunjukkan pertumbuhan positif. Kawasan ini telah menjadi episentrum aktivitas digital yang sangat dinamis.
Nilai ekonomi digital ASEAN pada tahun 2024 sendiri sudah mencapai angka USD 263 miliar. Angka ini diproyeksikan akan meningkat signifikan hingga USD 1 triliun pada tahun 2030 mendatang.
"ASEAN menjadi pasar digital yang paling dinamis di dunia dan ekonomi di digital ASEAN di tahun 2024 itu besar USD 263 miliar. Kalau kita proyeksikan di 2030 itu besarnya USD 1 triliun," ujar Airlangga Hartarto.
"Tetapi dengan implementasi Digital Economic Framework Agreement itu besarnya bisa menjadi USD 2 triliun. Jadi, akan double," lanjutnya.
Indonesia sendiri memimpin pasar dengan nilai transaksi mencapai USD 90 miliar pada tahun 2024. Pemerintah bahkan menargetkan nilai tersebut dapat melonjak hingga USD 360 miliar pada 2030.
Jalan Terjal Harmonisasi: Tantangan Regulasi dan Akses UMKM
Meski prospeknya sangat cerah, Airlangga menyoroti adanya sejumlah tantangan mendasar yang harus segera diatasi. Tanpa harmonisasi, potensi penuh ekonomi digital kawasan akan sulit tercapai.
Dua isu utama yang menjadi perhatian adalah perbedaan regulasi antarnegara dan keterbatasan akses bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Keduanya menjadi hambatan utama dalam transaksi lintas batas.
"Tantangan adalah perbedaan regulasi antar negara yang perlu diharmonisasi dan keterbatasan dari UMKM untuk tembus lintas batas," ungkap Airlangga.
"Komite Perunding dan Senior Economic Officials sepakat 5 pasal utama yang penting untuk diselesaikan segera adalah layanan keuangan, bea masuk transmisi elektronik yang berbasis kepada regulasi WTO yang melakukan moratorium terhadap custom duties tersebut," pungkasnya.
Oleh karena itu, penguatan dukungan terhadap UMKM menjadi krusial. Upaya ini termasuk memfasilitasi adaptasi terhadap standar dan sistem pembayaran elektronik berskala regional.
Visi 2045: Peran AI dan Talenta Digital sebagai Mesin Pertumbuhan Baru
Implementasi DEFA di tingkat regional berjalan beriringan dengan agenda transformasi digital nasional. Pemerintah melihat digitalisasi sebagai salah satu pilar utama untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.
Dalam peta jalan ini, perkembangan kecerdasan buatan (AI) tidak lagi hanya dipandang sebagai tren teknologi. AI kini diposisikan sebagai mesin pertumbuhan ekonomi baru yang mampu mendongkrak daya saing bangsa.
“AI adalah sebuah keniscayaan dan AI itu akan menjadi game changer,” kata Menko Airlangga.
“AI yang akan membawa Indonesia dari sekarang negara 16 terbesar di G20, menuju negara yang 4 besar di G20 pada tahun 2045,” tegasnya.
Sebagai langkah konkret, pemerintah telah meluncurkan paket kebijakan ekonomi terbaru (8+4+5). Paket ini mencakup program pemagangan bagi 20 ribu lulusan perguruan tinggi untuk mempercepat penyerapan talenta digital ke dunia kerja.
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Revolusi Agraria 4.0: Ini Peta Jalan Lengkap Transformasi Digital BPN Hingga 2028
News 6 Oktober 2025, 11:00 -
5 Oktober Memperingati Hari Apa Saja? Ini 3 Momen Penting di Indonesia dan Dunia
News 5 Oktober 2025, 08:12 -
Cukai Rokok Bikin Puluhan Ribu Orang Kena PHK, Menkeu Akhirnya Ambil Keputusan Ini
News 4 Oktober 2025, 14:30
LATEST UPDATE
-
Syarat dan Cara Daftar Rekrutmen BPKH 2025
News 7 Oktober 2025, 16:35 -
Prabowo Sebut Kerugian Negara Akibat Tambang Ilegal di Babel Capai Rp300 Triliun
News 7 Oktober 2025, 16:29 -
Saksikan dan Nonton Badminton Arctic Open 2025: Eksklusif di Vidio
Bulu Tangkis 7 Oktober 2025, 16:13 -
Tiga Kekalahan Beruntun, Van Dijk Tetap Percaya Liverpool Bisa Bangkit
Liga Inggris 7 Oktober 2025, 15:36 -
Barcelona Kehilangan Pemain yang Mampu Memberi Denyut Kehidupan di Lapangan
Liga Spanyol 7 Oktober 2025, 15:31 -
Pulisic Gagal Lagi, Krisis Penalti AC Milan Makin Parah
Liga Italia 7 Oktober 2025, 15:21 -
Toprak Razgatlioglu Capai Match Point, Akankah Kunci Gelar WorldSBK 2025 di Estoril?
Otomotif 7 Oktober 2025, 15:18 -
Wajah Baru Inter Milan: Semua Bisa Cetak Gol, Semua Bisa Menyerang
Liga Italia 7 Oktober 2025, 15:14 -
Laris! Klub Ronaldo dan Satu Klub Arab Saudi Berminat Pada Harry Maguire
Liga Inggris 7 Oktober 2025, 15:11
LATEST EDITORIAL
-
5 Pemain Premier League yang Mulai Musim 2025/26 dengan Performa Memukau
Editorial 7 Oktober 2025, 14:43 -
5 Pemain Premier League yang Belum Kembali ke Performa Terbaiknya
Editorial 7 Oktober 2025, 14:13 -
5 Pemain Crystal Palace yang Bisa Ikut Oliver Glasner Jika Gabung Manchester United
Editorial 7 Oktober 2025, 13:20 -
9 Bek Tengah Incaran Liverpool di Bursa Transfer 2026
Editorial 6 Oktober 2025, 12:39