
Bola.net - PSG memang tampil perkasa sepanjang musim, tapi lima kekalahan di Liga Champions membuka celah untuk dibaca. Inter Milan bisa memanfaatkan catatan ini sebagai peta menuju kemenangan di final.
Tim asuhan Luis Enrique ini sebenarnya hanya kalah dua kali di Ligue 1, itupun setelah status juara aman. Namun di Eropa, mereka menunjukkan kerentanan yang berbeda.
Lima kekalahan PSG sebagian besar terjadi di awal musim, menunjukkan proses adaptasi sistem Luis Enrique. Tapi pola kekalahan itu tetap mengandung pelajaran berharga.
Kini tinggal soal bagaimana memanfaatkan semua pelajaran dari kekalahan PSG. Karena jika ada tim yang paham bermain cerdas di laga besar, Inter adalah salah satunya.
Agar kamu tidak ketinggalan informasi terbaru seputar Liga Champions, kamu bisa join di Channel WA Bola.net dengan KLIK DI SINI.
Ketika Mental Juara Masih Belum Matang
PSG sempat unggul dua gol atas Aston Villa di leg kedua perempat final. Namun bukannya memperkuat dominasi, mereka justru tumbang 3-2 di akhir laga.
Pertandingan itu menjadi alarm keras tentang rapuhnya konsentrasi PSG di saat-saat menentukan. Donnarumma boleh saja menyelamatkan banyak peluang, tapi tidak bisa menyelamatkan keseluruhan struktur.
Inter harus siap menyerang di saat-saat PSG kehilangan fokus. Karena blackout sejenak saja cukup untuk mengubah arah trofi.
Menunggu, Bertahan, dan Memukul di Saat Tepat
Liverpool memberikan pelajaran berharga bagi siapa pun yang ingin mengalahkan PSG. Meski kalah penguasaan bola, mereka tetap pulang dengan kemenangan 1-0 berkat satu momen emas.
Atletico Madrid juga pernah mencuri kemenangan di Paris dengan pendekatan yang sama: bertahan rapat, tahan serangan, lalu mencuri lewat efektivitas. Ini bukan kebetulan, tapi strategi yang terukur.
Inter sudah pernah melakukan hal serupa di laga-laga besar. Disiplin, sabar, dan efisien—itulah kunci mereka saat menjinakkan Barcelona dan Bayern musim lalu.
Serangan Balik dan Bola Mati: Kunci Pembeda
Dari lima kekalahan PSG, pola serangan balik cepat terlihat jadi momok yang terus menghantui. Ini adalah momen di mana struktur Enrique kehilangan bentuk dan lini belakang rentan terekspos.
Inter punya senjata sempurna untuk situasi seperti itu. Kombinasi Lautaro-Thuram-Barella memberi opsi eksplosif di momen transisi yang hanya butuh satu sentuhan untuk menghukum lawan.
Dan jangan lupakan bola mati. Dengan keunggulan fisik seperti Bastoni, Acerbi, atau Pavard, Inter punya potensi memaksimalkan setiap sepak pojok atau tendangan bebas dengan akurat.
Jangan Sampai Ketinggalan ini Bolaneters!
- Tetes Air Mata Lautaro Martinez Sebelum Final Liga Champions, Ada Apa?
- Luis Enrique Peringatkan PSG: Awas, Inter Milan Beda dari Tim Eropa Lain!
- Benarkah Simone Inzaghi Sudah Setuju Tinggalkan Inter Milan dan Terima Tawaran Al Hilal?
- Bagaimana Cara PSG Meredam Inter Milan? Marquinhos Memberi Sedikit Bocoran
- Final Liga Champions: Inter Milan Sekarang Lebih Besar dan Lebih Kuat Dibanding Final UCL 2023
Advertisement
Berita Terkait
LATEST UPDATE
-
Liga Champions 22 Oktober 2025 01:07
-
Liga Champions 22 Oktober 2025 01:06
-
Liga Champions 22 Oktober 2025 01:05
-
Liga Champions 22 Oktober 2025 01:04
-
Liga Champions 22 Oktober 2025 01:03
-
Liga Champions 22 Oktober 2025 01:02
MOST VIEWED
HIGHLIGHT
- 9 Pemain yang Pernah Disarankan Ralf Rangnick untu...
- Manchester United Terpuruk, 4 Eks Pemainnya Malah ...
- 5 Pemain Manchester United yang Bakal Diuntungkan ...
- 7 Pemain Premier League yang Kariernya Bisa Selama...
- 4 Pelatih Paling Cepat Capai 250 Kemenangan di Pre...
- 9 Bek Tengah Incaran Liverpool di Bursa Transfer 2...
- 10 Transfer Termahal Dalam Sejarah AC Milan: Dari ...