5 Klub yang Pernah Dijatuhi Hukuman Degradasi, Manchester City Berikutnya?

Aga Deta | 8 Februari 2023 09:13
5 Klub yang Pernah Dijatuhi Hukuman Degradasi, Manchester City Berikutnya?
Para pemain Manchester City melakukan selebrasi usai mencetak gol ke gawang Tottenham pada laga tunda pekan ke-7 Liga Inggris 2022/2023, Jumat (20/1/2023) WIB. (c) AP Photo/Dave Thompson

Bola.net - Manchester City tengah tersandung kasus pelanggaran finansial. Jika terbukti bersalah, The Citizens dapat menghadapi pengusiran dari Liga Inggris atau pengurangan poin.

Setelah penyelidikan selama empat tahun, operator Liga Inggris, Premier League, telah merujuk sejumlah dugaan pelanggaran ke Komisi independen.

Diduga bahwa Manchester City melanggar aturan terkait penyediaan informasi keuangan yang akurat selama sembilan musim Liga Inggris dari 2009 hingga 2018. Dengan kata lain, Man City memanipulasi laporan keuangan mereka selama bertahun-tahun.

Selain itu, Man City juga dicap telah gagal bekerja sama dengan penyelidikan Liga Inggris sejak awal musim 2018/2019, di antara berbagai dugaan pelanggaran.

Rentetan sanksi bisa dijatuhkan untuk Man City, satu di antaranya yang cukup berat adalah degradasi ke kasta bawah. Jika nantinya hukuman berat berupa degradasi, Man City bakal mengikuti jejak sejumlah klub besar yang pernah lebih dulu menjalani.

Yuk simak deretan klub-klub besar yang pernah dijatuhi hukuman degradasi. Ada juga tim dari Indonesia lho!

1 dari 6 halaman

AC Milan

AC Milan

Skuad AC Milan merayakan gol Rafael Leao ke gawang Salernitana di laga pekan ke-16 Serie A 2022/2023 di Stadio Arechi, Rabu (04/01/2023) malam WIB. (c) AC Milan Official Twitter

Pada dekade 50-an sampai akhir 60-an AC Milan melalui masa keemasan pertama mereka di sepak bola Eropa dan dunia. Pada periode ini Milan sukses merengkuh 6 scudetto, 3 liga champions, 1 Piala Interkontinental dan 1 Piala Winners.

Milan adalah tim kompetitif yang mampu secara konsisten bersaing di papan atas. Selain berbagai gelar juara , Cesare Maldini dkk merasakan 4 kali runner up Serie A dan 1 kali Liga Champions.

Namun, semuanya berubah 180 derajat ketika pada akhir musim 1979-1980 Milan harus terdegradasi ke Serie B. Meski finis di peringkat ketiga klasemen, AC Milan harus terdegradasi ke kasta kedua setelah terseret dalam skandal perjudian Totonero.

Mirip Calciopoli 2006, skandal Totonero pada 1980 menyeret sejumlah klub-klub besar Italia. Skandal ini jadi awal kejatuhan Milan di awal 1980-an.

AC Milan cuma butuh semusim untuk bisa kembali berlaga di Serie A setelah menjuarai Serie B 1980-1981. Namun, di musim 1981-1982 penampilan Milan bak tim medioker di Serie A.

Untuk pertama kalinya mereka finis di peringkat ke-14 klasemen akhir liga yang membuat mereka kembali terdegradasi ke Serie B. Di musim itu Milan cuma meraih 7 kali menang, 10 seri, dan menderita 13 kekalahan dari 30 laga.

Setelah menjuarai Serie B untuk yang kedua kalinya, Milan kembali berlaga di Serie A pada musim 1983-1984. Namun, Milan belum bisa benar-benar bangkit karena selama tiga musim setelahnya mereka terus terlempar dari papan atas. Bahkan, I Rossoneri mengalami kesulitan finansial yang cukup hebat.

2 dari 6 halaman

Juventus

Juventus

Para pemain Juventus merayakan gol yang dicetak ke gawang Salernitana pada pekan ke-21 Liga Italia 2022/2023, Rabu (8/2/2023) WIB. (c) Serie A Official

Klub lainnya adalah raksasa Liga Italia, Juventus yang terdegradasi tahun 2006 karena sebuah skandal pengaturan skor atau biasa dikenal dengan sebutan Calciopoli.

Skandal tersebut melibatkan direktur utama Juventus, yang dalam hal ini bertindak untuk mengatur pertandingan serta skor akhir yang berpengaruh pada keputusan wasit.

Selain degradasi ke Serie B, pemilik gelar Liga Italia terbanyak ini juga mengalami nasib sial dengan pencabutan Scudetto di dua musim sebelumnya, serta larangan bermain kandang selama 3 pertandingan.

3 dari 6 halaman

Parma

Parma

Skuad Parma ketika berjumpa Inter Milan pada babak 16 Besar Coppa Italia 2022/2023 (c) Ofisial Twitter Parma

Meski berhasil kembali ke kasta teratas Liga Italia, namun klub yang memenangi tiga Coppa Italia, satu Supercoppa Italiana, dua Piala UEFA, satu European Super Cup, dan satu UEFA Cup Winners tersebut punya cerita kelam.

Yakni Pada 2015, di mana Parma dilaporkan bangkrut dan dikabarkan telah terbelit utang hingga mencapai 197 juta euro, atau sekitar 2,8 triliun rupiah.

Bahkan mereka juga dilaporkan tak mampu membayar gaji para staf. Menurut Daily Mail, Parma pun sempat terpaksa menjual delapan piala yang mereka peroleh, demi membayar utangnya.

4 dari 6 halaman

Glasgow Rangers

Glasgow Rangers merupakan klub pemenang liga terbanyak di dunia. Mereka memegang 54 gelar liga Skotlandia, 33 Piala Skotlandia, dan 27 Piala Liga Skotlandia.

Namun kesuksesan The Teddy Bears ternodai dengan utang dan perencanaan yang buruk dari Sir David Murray, sang pemilik Rangers sejak tahun 1988 silam, bahkan ia dianggap sebagai biang keladi kejatuhan Rangers.

David Murray disebut melakukan investasi dengan mengandalkan utang sebagai sumber pembiayaan klub, hingga akhirnya membuat Rangers terlilit utang mencapai 20 juta euro (Rp 285 miliar) per tahun.

5 dari 6 halaman

Persebaya Surabaya

Persebaya Surabaya

Pemain Persebaya Surabaya, Ze Valente (kiri) dan Ahmad Nufiandani merayakan gol yang dicetak ke gawang Madura United pada pekan ke-21 BRI Liga 1 2022/2023, Minggu (29/1/2023) WIB. (c) Persebaya Suraba

Klub legendaris Indonesia, Persebaya pernah mengalami momen buruk, tepatnya pada Indonesia Super League (ISL) 2009-2010. Saat Arema menjuarai kompetisi tersebut, Persebaya justru mengalami degradasi, namun dengan cara yang aneh.

Ketika itu, Persebaya seharusnya berjumpa Persik Kediri pada 29 April 2010 di Stadion Briwijaya, Kediri. Laga itu amat penting karena kemenangan akan membuat mereka mendapatkan tiket playoff agar tidak terdegradasi. Pertemuan itu ditunggu oleh Pelita Jaya yang juga berjuang mendapatkan playoff.

Sayang, pertemuan itu tak pernah digelar. Saat di Kediri, Persik tidak mengantongi izin keamanan yang membuat laga dipindah ke Stadion Mandala Krida, Yogyakarta, 6 Mei 2010. Lagi-lagi, Persik tidak mengantongi izin keamanan di Yogyakarta.

Sesuai regulasi, Persebaya seharusnya menang tanpa bertanding dan mendapat kemenangan dengan skor 3-0. Alih-alih melakukannya, PT Liga Indonesia kemudian memindahkan laga ini di Stadion Gelora Jakabaring, Palembang, pada 5 Agustus 2010. Persebaya enggan datang karena merasa dikerjai oleh PSSI.

Alhasil, klub berjulukan Bajul Ijo itu dinyatakan kalah dan harus puas dengan finis di peringkat ke-17 dan mengoleksi 36 poin. Mereka kalah dari Persik dan Pelita Jaya yang sama-sama mengoleksi 39 poin. Pelita Jaya yang unggul selisih gol mendapatkan tiket play-off dan menang 4-2 dalam adu penalti melawan Persiram Raja Ampat (10/8/2018). Persebaya dan Persik dipastikan degradasi.

Akibat insiden itu, manajemen Persebaya kemudian mengambil keputusan tak ingin berlaga di Divisi Utama (kasta kedua) 2010-2011. Sebagai wujud protes, mereka berkompetisi di LPI 2011 yang merupakan kompetisi tandingan ISL.

Berita Terkait

KOMENTAR

BERIKAN KOMENTAR