Superbank (SUPA) Tembus KBMI 2 Usai IPO, Laba Sebelum Pajak Capai Rp122,4 Miliar

Superbank (SUPA) Tembus KBMI 2 Usai IPO, Laba Sebelum Pajak Capai Rp122,4 Miliar
Pecahkan Rekor 2025, IPO Superbank (SUPA) Raup Dana Jumbo Rp2,79 Triliun. (c) dok.superbank

Bola.net - PT Super Bank Indonesia Tbk berhasil masuk dalam kategori Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti (KBMI) 2 usai penawaran umum perdana saham. Pencapaian strategis ini didukung oleh penguatan modal inti yang kini telah melampaui angka Rp6 triliun secara organik maupun anorganik.

Kinerja fundamental emiten bersandi saham SUPA ini turut mencatatkan angka positif yang signifikan hingga periode November 2025. Perusahaan sukses membukukan laba sebelum pajak (PBT) sebesar Rp122,4 miliar berkat pertumbuhan pendapatan yang konsisten.

Skala operasional bank digital ini juga terus membesar dengan volume transaksi harian yang menembus angka satu juta. Ekosistem digital yang kuat menjadi pendorong utama akselerasi bisnis perseroan di tengah ketatnya persaingan industri.

Dukungan investor strategis seperti Grab, Emtek, Singtel, KakaoBank, dan GXS memberikan fondasi yang solid bagi ekspansi layanan. Kolaborasi lintas sektor ini mempercepat penetrasi pasar sekaligus meningkatkan kepercayaan nasabah terhadap layanan perbankan digital.

Tren positif ini tidak hanya terlihat dari sisi permodalan, tetapi juga tercermin secara nyata dalam rincian kinerja intermediasi dan aset perusahaan. Berikut adalah analisis mendalam mengenai pencapaian finansial serta operasional Superbank menjelang penutup tahun.

1 dari 3 halaman

Lonjakan Kinerja Intermediasi

Lonjakan Kinerja Intermediasi

Pencatatan perdana saham PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA), Rabu, (17/12/2025). (c) dok.BEI

Pendapatan bunga bersih Superbank mencatatkan lonjakan impresif sebesar 165 persen secara tahunan (YoY) menjadi Rp1,4 triliun. Angka ini sejalan dengan fungsi intermediasi bank yang berjalan semakin efektif dan efisien sepanjang tahun berjalan.

Kepercayaan masyarakat terhadap perseroan terlihat jelas dari penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh 149 persen YoY menjadi Rp11,0 triliun. Likuiditas yang melimpah ini menjadi bahan bakar penting dalam menggerakkan roda pembiayaan di berbagai sektor produktif.

Di sisi lain, penyaluran kredit perseroan turut mengalami kenaikan tajam sebesar 58 persen secara tahunan hingga mencapai Rp9,3 triliun. Penyaluran pembiayaan ini dilakukan dengan prinsip kehati-hatian yang ketat guna menjaga kualitas aset tetap sehat.

Akumulasi kinerja positif dari sisi pendanaan dan pembiayaan tersebut mendorong total aset Superbank tumbuh 69 persen YoY. Posisi aset perseroan kini tercatat sebesar Rp18,0 triliun per akhir November 2025.

2 dari 3 halaman

Adopsi Layanan Digital Masif

Adopsi Layanan Digital Masif

Didukung Grab dan Emtek, Superbank Melantai di Bursa dengan Harga Rp635 per Saham. (c) superbank

Sejak peluncuran aplikasi digital pada Juni 2024, Superbank telah berhasil melayani lebih dari 5 juta nasabah di seluruh Indonesia. Angka ini merefleksikan tingginya tingkat penerimaan pasar terhadap solusi perbankan digital yang aman dan relevan.

Aktivitas nasabah di dalam platform juga sangat tinggi dengan rata-rata transaksi harian yang kini telah melampaui 1 juta kali. Volume transaksi ini bahkan mencatat kenaikan lebih dari 40 persen pada kuartal ketiga 2025 dibandingkan periode sebelumnya.

Manajemen menilai tren pertumbuhan operasional dan finansial ini sebagai bukti bahwa model bisnis yang dijalankan sudah semakin matang. Presiden Direktur Superbank, Tigor M. Siahaan, memberikan pandangannya terkait pencapaian tersebut yang mencerminkan kekuatan fundamental perseroan.

"Pertumbuhan jumlah nasabah, peningkatan aktivitas transaksi, dan kinerja keuangan yang berkelanjutan menunjukkan bahwa model bisnis Superbank semakin matang. Fokus kami tetap pada membangun layanan perbankan digital yang relevan dengan kebutuhan sehari-hari, dijalankan secara prudent, dan didukung oleh fondasi yang kuat untuk pertumbuhan jangka panjang," ujar Tigor.

3 dari 3 halaman

Penguatan Struktur Permodalan

Status perusahaan sebagai emiten publik yang tercatat di Bursa Efek Indonesia membawa dampak signifikan terhadap struktur permodalan. Pasca pelaksanaan IPO, Superbank kini resmi memenuhi kriteria KBMI 2 yang mensyaratkan modal inti yang jauh lebih kuat.

Dengan modal inti yang kini telah melebihi Rp6 triliun, perseroan memiliki ruang gerak yang lebih luas untuk melakukan ekspansi bisnis. Kekuatan kapital ini menjadi bantalan vital dalam menghadapi dinamika ekonomi makro dan kompetisi pasar ke depan.

Pencatatan saham di bursa tidak hanya memperkuat neraca, tetapi juga meningkatkan standar tata kelola perusahaan sebagai entitas publik. Transparansi dan akuntabilitas kini menjadi pilar operasional utama dalam setiap langkah strategis yang diambil perseroan.

Fase baru ini memungkinkan Superbank untuk memperluas skala usaha secara lebih agresif untuk memasuki babak pertumbuhan selanjutnya. Struktur permodalan yang solid ini menjadi fondasi utama dalam menjaga keberlanjutan bisnis jangka panjang.