Stop Rujukan Berjenjang! Menkes Budi Sebut Sistem Saat Ini Bikin BPJS Tekor
Editor Bolanet | 14 November 2025 13:43
Bola.net - Kisah Lestari (52) menjadi potret nyata inefisiensi sistem rujukan BPJS Kesehatan. Warga Bekasi ini merasakan nyeri dada hebat dan sesak napas. Ia dilarikan ke puskesmas pada 3 Juli 2025 dengan kondisi darurat.
Pemeriksaan awal EKG menunjukkan kelainan ritme jantung. Dokter mencurigai adanya gangguan jantung iskemik atau pembengkakan. Lestari disarankan segera dirujuk ke rumah sakit tipe A yang memiliki fasilitas jantung.
Namun, birokrasi sistem berjenjang menghalangi penanganan cepat. Sesuai aturan, pasien BPJS tidak bisa langsung mendapat rujukan ke fasilitas yang tepat. Lestari harus "memutar" dulu ke rumah sakit tipe C.
Proses ini memakan waktu hampir seminggu dan biaya tak terduga. Keluarga harus mengeluarkan Rp 1,2 juta untuk transportasi dan obat di luar tanggungan. Kisah ini mengungkap adanya biaya tersembunyi yang ditanggung pasien.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin kini merespons masalah sistemik ini. Ia menilai sistem rujukan berjenjang telah memperlambat akses dan memboroskan biaya. Sebuah skema baru berbasis kompetensi kini sedang disiapkan.
Beban Ganda Pasien Birokrasi
Cerita Lestari mengungkap beban ganda yang dialami pasien. Selain menahan sakit, mereka dipaksa menghadapi kerumitan administrasi.
Putrinya, A, menceritakan proses yang berbelit tersebut.
"Disuruh bersabar karena prosesnya nggak bisa langsung," cerita A, Kamis (13/11/2025).
Kondisi Lestari terus menurun selama menunggu rujukan dari RS tipe C ke tipe A.
"Sudah sakit, malah disuruh mondar-mandir demi kertas rujukan. Padahal dari awal sudah jelas butuh spesialis jantung,” ujar A dengan nada kesal.
Hal serupa dialami Dewi (45), penyintas kanker asal Bogor.
"Harus bolak-balik ke faskes pertama, terus ke rumah sakit tipe C dulu, baru bisa lanjut ke Fatmawati lagi. Begitu terus sampai dokter bilang sembuh dari kanker payudara. Ribet memang," keluhnya.
Rombak Sistem: Dari Berjenjang ke Kompetensi
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin berencana merombak total sistem rujukan BPJS. Tujuannya adalah efisiensi biaya dan percepatan layanan.
Ia menilai sistem saat ini tidak hanya lambat, tapi juga membuat BPJS tekor. Pemborosan terjadi karena pembayaran klaim yang berulang di tiap jenjang.
"Padahal yang bisa melakukannya sudah jelas tipe A. Tipe C, tipe B tidak mungkin bisa tangani," kata Budi saat raker bersama Komisi IX DPR RI, Kamis (13/11/2025).
"Harusnya dengan demikian BPJS tidak usah keluar uang tiga kali. Dia (BPJS) keluarnya sekali saja, langsung dinaikin ke yang paling atas (RS Tipe A),” lanjut Budi.
Sistem baru ini diharapkan dapat memotong rantai birokrasi yang tidak perlu.
"Tidak usah dia rujuk itu tiga kali lipat, keburu wafat nanti dia kan," kata Budi.
"Lebih baik dia langsung dikasih ke tempat di mana dia bisa dilayani sesuai dengan anamesa awalnya," tegasnya.
Validasi Pakar: Hentikan Rujukan 'Jalan Memutar'
Pakar Kesehatan Masyarakat, dr. Ngabila Salama, menyambut baik rencana Kemenkes. Ia yakin skema baru ini akan menghentikan rujukan yang "jalan memutar".
"Manfaat besarnya efisien. Tidak ada rujukan 'jalan memutar'. Pasien tidak perlu 'singgah' ke RS yang tidak relevan," kata Ngabila.
Selain efisiensi bagi pasien, sistem baru ini mendorong peningkatan mutu fasilitas kesehatan.
"Mutu rumah sakit meningkat karena dipaksa mengembangkan kompetensi layanan untuk naik jenjang," ujarnya.
Ngabila menilai sistem rujukan berjenjang selama ini memang tidak efisien.
"Kemenkes melihat ini sebagai ketidakefisienan yang menyebabkan keterlambatan terapi, beban RS tak proporsional, dan biaya sistem meningkat," kata Ngabila.
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Kapan Cuti Bersama Desember 2025: Libur Natal dan Tahun Baru 2026
News 22 Desember 2025, 10:40
-
Lowongan Kerja Astra Otoparts di Jakarta: Peluang Karier di Raksasa Otomotif
News 21 Desember 2025, 18:11
-
Dari Rekor Bupati Termuda hingga OTT KPK: Perjalanan Ade Kuswara Kunang Jadi Sorotan
News 19 Desember 2025, 23:22
LATEST UPDATE
-
Hasil Lengkap, Klasemen, Jadwal dan Top Skor Premier League 2025/2026
Liga Inggris 31 Desember 2025, 08:22
-
Arsenal vs Aston Villa: Rating Pemain The Gunners saat Tampil Perkasa dan Menang 4-1
Liga Inggris 31 Desember 2025, 07:54
-
Man of the Match Man Utd vs Wolves: Joshua Zirkzee
Liga Inggris 31 Desember 2025, 07:24
-
Man of the Match Arsenal vs Aston Villa: Gabriel Magalhaes
Liga Inggris 31 Desember 2025, 07:14
-
Man of the Match Chelsea vs Bournemouth: Estevao Willian
Liga Inggris 31 Desember 2025, 07:06
-
Hasil Man Utd vs Wolves: Tak Mampu Kalahkan Penghuni Dasar Klasemen
Liga Inggris 31 Desember 2025, 06:16
-
Hasil Arsenal vs Aston Villa: Sang Pemuncak Klasemen Menutup Tahun dengan Manis
Liga Inggris 31 Desember 2025, 05:48
-
Hasil Chelsea vs Bournemouth: The Blues Tertahan di Stamford Bridge, Gagal Menang Lagi
Liga Inggris 31 Desember 2025, 05:19
-
Alasan Sandro Tonali Adalah Potongan Terakhir Puzzle Juventus di Bursa Januari 2027
Liga Italia 31 Desember 2025, 00:28
-
Tanpa Galacticos, Penuh Trofi: Mengapa 2025 Jadi Tahun Paling Bersejarah PSG
Liga Champions 30 Desember 2025, 23:43
-
Biang Kerok AC Milan Belum Sepakati Kontrak Baru dengan Mike Maignan
Liga Italia 30 Desember 2025, 22:26
-
Rayan Cherki yang Mengubah Wajah Manchester City
Liga Inggris 30 Desember 2025, 22:16
LATEST EDITORIAL
-
6 Calon Suksesor Pep Guardiola di Manchester City
Editorial 30 Desember 2025, 13:10
-
6 Pemain yang Bisa Tinggalkan Man United pada Jendela Transfer Januari 2026
Editorial 30 Desember 2025, 12:43
-
3 Pemain yang Bisa Cabut dari Arsenal pada Bursa Transfer Januari 2026
Editorial 29 Desember 2025, 14:13
-
5 Transfer Manchester United yang Bisa Terealisasi di Januari 2026
Editorial 29 Desember 2025, 13:59
-
Liverpool Ditikung Man City Soal Antoine Semenyo? Tenang, Ini 4 Alternatifnya!
Editorial 25 Desember 2025, 08:33




