Fenomena Comeback AC Milan: Indentitas Baru atau Bom Waktu yang Berdetak?

Gia Yuda Pradana | 26 Maret 2025 15:44
Fenomena Comeback AC Milan: Indentitas Baru atau Bom Waktu yang Berdetak?
Tijjani Reijnders (kedua dari kanan) bersama rekan setimnya merayakan gol kedua AC Milan dalam laga kontra Como di Serie A, Minggu (16/3/2025) dini hari WIB. (c) AP Photo/Antonio Calanni

Bola.net - AC Milan di bawah kendali Sergio Conceicao memiliki kebiasaan yang unik. Mereka sering tertinggal lebih dulu sebelum akhirnya membalikkan keadaan.

Fenomena ini menjadi ciri khas Rossoneri musim ini. Aksi-aksi comeback itu terlihat tidak hanya dalam laga domestik, tetapi juga di kompetisi bergengsi seperti Supercoppa Italiana.

Advertisement

Namun, kebiasaan ini juga menimbulkan pertanyaan. Apakah Milan benar-benar memiliki identitas permainan yang kuat atau hanya mengandalkan faktor keberuntungan?

1 dari 6 halaman

Dari Fonseca ke Conceicao

Paulo Fonseca datang dengan visi tim yang dominan, berani, dan menyerang. Dia ingin Milan mendikte permainan dan membuat lawan tidak memiliki kesempatan untuk berpikir.

Namun, kenyataan berbicara lain. Milan di bawah Fonseca jarang menunjukkan dominasi yang dijanjikan, yang akhirnya membuatnya digantikan oleh Conceicao.

Gaya Conceicao justru bertolak belakang. Milan kini lebih banyak menunggu, bertahan dalam blok rendah, dan memanfaatkan serangan balik.

2 dari 6 halaman

Bermain Seperti Tim Kecil, tapi Berbahaya

Pada awal musim, Milan mencoba bertahan dengan menekan lawan lebih tinggi. Kini, mereka justru lebih sering bertahan di area sendiri, bahkan melawan tim yang kualitasnya lebih rendah.

Pendekatan ini memicu efek yang tak biasa. Milan sering tertinggal lebih dulu, tetapi kemudian bangkit untuk menang.

Fenomena ini menghasilkan dua sudut pandang berbeda. Di satu sisi, mentalitas comeback menunjukkan karakter kuat. Di sisi lain, ini bukan strategi yang dapat diandalkan secara jangka panjang.

3 dari 6 halaman

Seberapa Sering Milan Harus Mengejar?

Dalam 19 pertandingan bersama Conceicao, Milan sudah enam kali membalikkan keadaan. Artinya, hampir di setiap tiga laga, mereka harus bangkit dari ketertinggalan.

Korban mereka termasuk Como, Parma, dan Lecce di liga. Namun, dua comeback paling ikonik terjadi saat melawan Juventus dan Inter di Supercoppa Italiana.

Milan bahkan sempat tertinggal dua gol dalam Derby della Madonnina sebelum akhirnya memenangkan trofi. Sebuah pencapaian luar biasa, tetapi juga pertanda bahaya.

4 dari 6 halaman

Mengapa Milan Selalu Terlambat Panas?

Masalah utama Milan adalah pendekatan awal mereka dalam pertandingan. Mereka terlalu sering mengawali laga dengan performa yang buruk.

Tim ini tampaknya sadar akan keterbatasan mereka. Milan tidak memiliki cukup pemain dengan kualitas teknis tinggi untuk mendominasi permainan secara total.

Namun, apakah itu berarti mereka hanya bisa mengandalkan serangan balik? Jika ya, maka ini adalah taktik yang tidak memberi rasa aman bagi para pendukung.

5 dari 6 halaman

Antara Karakter dan Keberlanjutan

Kemampuan Milan untuk bangkit dari ketertinggalan adalah bukti karakter yang tangguh. Namun, mengandalkan comeback sebagai strategi utama bukanlah jalan keluar yang bijak.

Sepak bola tingkat tinggi membutuhkan konsistensi, bukan sekadar heroisme sesaat. Jika Milan terus berada dalam situasi ini, mereka akan menghadapi masalah serius di masa depan. Ini ibarat bom waktu yang berdetak.

Apakah Rossoneri sedang membangun identitas baru, atau justru sedang menggali jebakan bagi diri mereka sendiri? Jawabannya mungkin akan terlihat dalam beberapa bulan ke depan.

LATEST UPDATE