Penjelasan BRIN Tentang Cahaya Terang di Langit Cirebon: Benarkah Meteor Jatuh?

Asad Arifin | 6 Oktober 2025 16:06
Penjelasan BRIN Tentang Cahaya Terang di Langit Cirebon: Benarkah Meteor Jatuh?
Warga menunjukkan cuplikan video viral terkait fenomena suara dentuman keras disertai kemunculan bola api di langit Cirebon. (c) Dok: Antara

Bola.net - Fenomena langit yang menampakkan cahaya terang di atas wilayah Cirebon dan sekitarnya pada Minggu malam, 5 Oktober 2025, membuat warga geger. Kejadian itu menjadi perbincangan hangat di media sosial setelah banyak yang melaporkan melihat cahaya kuat disertai suara dentuman keras dari langit.

Peristiwa tersebut memicu berbagai spekulasi, terutama setelah sejumlah video amatir beredar luas menunjukkan kilatan cahaya melintas cepat di angkasa. Banyak warga mempertanyakan asal-usul cahaya tersebut dan apakah benar disebabkan oleh meteor jatuh.

Advertisement

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) segera memberikan penjelasan resmi. Kedua lembaga ini berupaya menepis kabar simpang siur dan menyampaikan informasi berdasarkan hasil analisis ilmiah.

1 dari 4 halaman

Fenomena Langit di Cirebon: Cahaya Terang dan Dentuman Keras

Peristiwa itu terjadi antara pukul 18.30 hingga 19.00 WIB, tepat setelah waktu Maghrib. Saat itu langit Cirebon cerah, dan bulan tampak jelas sehingga penampakan cahaya di langit terlihat sangat menonjol.

Sejumlah warga mengaku melihat bola api bergerak cepat dari arah timur menuju barat daya sebelum akhirnya menghilang. Tak lama kemudian, terdengar suara dentuman keras yang mengagetkan warga di berbagai wilayah, termasuk Lemahabang, Tegal, Brebes, dan Kuningan.

2 dari 4 halaman

Analisis BRIN: Meteor Diperkirakan Jatuh di Laut Jawa

Menanggapi kehebohan tersebut, Profesor Thomas Djamaluddin, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Antariksa BRIN, memastikan bahwa fenomena yang terlihat di langit Cirebon merupakan meteor. Ia menjelaskan bahwa benda langit itu berukuran cukup besar saat melintas di atmosfer.

Menurut Profesor Thomas, meteor tersebut tidak jatuh di daratan sebagaimana dugaan masyarakat. Berdasarkan hasil analisis BRIN, benda langit itu diperkirakan jatuh di Laut Jawa, jauh dari permukiman penduduk.

Dentuman keras yang terdengar oleh warga, kata dia, terjadi ketika meteor memasuki lapisan atmosfer Bumi yang lebih rendah. Kecepatan tinggi benda langit itu menyebabkan gelombang kejut yang menghasilkan suara dentuman, dan sempat terdeteksi oleh BMKG Cirebon.

Kesimpulan BRIN didasarkan pada analisis berbagai sumber, mulai dari laporan warga yang melihat bola api, rekaman CCTV sekitar pukul 18.35 WIB, hingga data getaran yang tercatat oleh BMKG.

3 dari 4 halaman

Klarifikasi BMKG dan Dugaan Awal

BMKG Stasiun Kertajati menegaskan bahwa kondisi cuaca saat kejadian berada dalam keadaan cerah berawan, tanpa adanya aktivitas petir atau awan konvektif yang dapat menjelaskan dentuman keras tersebut.

Meski begitu, BMKG mencatat adanya getaran kecil pada seismograf sekitar waktu kejadian. Namun, getaran itu tidak terkait dengan aktivitas seismik atau gempa bumi. Sumber pastinya pun belum dapat dipastikan.

Koordinator Lapangan BPBD Kabupaten Cirebon, Faozan, menyampaikan bahwa pemantauan benda antariksa seperti meteor merupakan kewenangan lembaga khusus. Karena itu, instrumen BMKG memiliki keterbatasan untuk menganalisis fenomena tersebut secara detail.

Sebelum penjelasan resmi dari BRIN keluar, sempat beredar video viral yang memperlihatkan kobaran api di sekitar Tol Ciperna, Cirebon, yang dikaitkan dengan lokasi jatuhnya meteor. Namun, Profesor Thomas Djamaluddin membantah hal itu dan menegaskan bahwa meteor jatuh di Laut Jawa, bukan di darat.

4 dari 4 halaman

Fenomena Langit Lain di Bulan Oktober

Selain fenomena meteor di Cirebon, bulan Oktober 2025 juga akan dihiasi sejumlah peristiwa astronomi menarik. Pada 6 Oktober, akan terjadi Supermoon, di mana bulan purnama tampak sekitar 14 persen lebih besar dan 30 persen lebih terang dari biasanya.

Tak hanya itu, antara 6 hingga 10 Oktober, Bumi akan melewati sisa puing Komet 21P/Giacobini-Zinner. Peristiwa ini akan menimbulkan hujan meteor Draconid, dengan puncak aktivitasnya diprediksi terjadi pada malam 8 Oktober.

Fenomena lain yang dinanti adalah hujan meteor Orionid, yang akan mencapai puncaknya pada 21 Oktober, bertepatan dengan fase bulan baru. Minimnya cahaya bulan pada saat itu akan menciptakan kondisi ideal untuk pengamatan langit malam.

Disadur dari Liputan6: Pebrianto Eko Wicaksono, 6 Oktober 2025

TAG TERKAIT

LATEST UPDATE