Tersangka Kasus Match Fixing: Vigit Waluyo, Sosok Sakti dari Football Family Indonesia

Tersangka Kasus Match Fixing: Vigit Waluyo, Sosok Sakti dari Football Family Indonesia
Vigit Waluyo (tengah). (c) Bola.com/Zaidan Nazarul

Bola.net - Vigit Waluyo seakan tak pernah lepas dari kontroversi. Kali ini, salah satu tokoh sepak bola Indonesia tersebut kembali tersangkut kasus pengaturan pertandingan, yang lazim disebut match fixing.

Nama Vigit diumumkan sebagai salah satu tersangka dalam kasus match fixing yang ditangani Satgas Antimafia Bola Mabes Polri. Pengumuman status Vigit dalam kasus tersebut dilakukan Kapolri, Listyo Sigit, dalam konferensi pers Satgas AntiMafia Bola di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (13/12).

"Ada salah satu aktor intelektual pengatur skor yang mungkin namanya cukup malang melintang di dunia persepakbolaan dengan inisial VW (Vigit Waluyo)," kata Kapolri, dalam kesempatan tersebut.

Kapolri pun menyebut bahwa sosok VW ini cukup licin. Ia tak pernah tersentuh jerat hukum selama ini.

Pernyataan Kapolri ini persis sama dengan 'pujian' dari Bambang Suryo. Mantan kolega Vigit di kancah sepak bola Indonesia ini pun memuji bahwa Vigit adalah orang sakti karena selalu lolos dari hukum.

Siapakah sebenarnya sosok Vigit dan bagaimana sepak terjangnya di kancah sepak bola Indonesia? Simak selengkapnya di bawah ini.

1 dari 6 halaman

Wujud Nyata Football Family

Vigit akrab dengan dunia sepak bola mulai dari kecil. Maklum, ia lahir di keluarga sepak bola.

Ayah Vigit adalah Haji Mislan. Mislan merupakan salah satu tokoh yang disegani di kancah sepak bola Indonesia. Ia adalah pemilik Gelora Dewata, klub Galatama papan atas dari Pulau Bali. Mislan memiliki tujuh orang anak. Vigit sendiri merupakan anak kelimanya.

DNA sepak bola Mislan yang diturunkan ke Vigit ini pun diwariskan lagi kepada Ayu Sartika Virianti. Putri Vigit ini sempat menjadi manajer Deltras Sidoarjo.

Nuansa sepak bola di keluarga besar Vigit kian kental dengan kehadiran Danilo Fernando. Eks gelandang Persebaya Surabaya itu merupakan suami Ayu Sartika.

2 dari 6 halaman

Berurat Akar di Sepak Bola Indonesia

Berurat Akar di Sepak Bola Indonesia

Gelandang Borneo FC, Asri Akbar (kanan) berusaha melindungi bola dari pemain PS Mojokerto Putra pada laga babak 32 besar Piala Indonesia 2018, Selasa (29/01). (c) Ofisial Borneo FC

Vigit pertama kali terjun langsung ke kancah sepak bola Indonesia pada 1997 silam. Waktu itu, sang ayah menyerahkan pengelolaan Gelora Delta kepadanya.

Namun, tak mudah mengelola klub sepak bola di Indonesia. Demi melakukan penghematan, Vigit akhirnya memindah kandang Gelora Delta ke Sidoarjo. Lama kelamaan, klub tersebut berganti nama menjadi Deltras Sidoarjo.

Berstatus sebagai putra H. Mislan dan pengelola klub membuat Vigit memiliki banyak koneksi dan relasi di kancah sepak bola Indonesia. Apalagi, sama seperti sang ayah, ia dikenal supel dan sangat santun.

"Untuk urusan menjalin pertemanan, Vigit memang luar biasa. Jadi, nggak heran kalau relasinya banyak. Ia juga orang yang sangat santun," kata salah seorang mantan petinggi klub Liga 1, kepada Bola.net, beberapa waktu lalu.

Dengan jejaring pertemanannya yang sangat luas, tak salah jika Vigit dipercaya untuk menangani sejumlah klub lain. Ia pernah berkecimpung di Persewangi Banyuwangi, PSIR Rembang, Persikubar Kutai Barat, PSMP Mojokerto, dan beberapa tim lain.

Selain itu, Vigit juga pernah menjabat sebagai Ketua PSSI Jatim. Namun, jabatan tersebut tak lama disandangnya.

3 dari 6 halaman

Terlibat Kasus Match Fixing

Ketika pengaturan skor mulai marak dibicarakan, nama Vigit Waluyo ikut tersangkut. Ia disebut menjadi sutradara di balik skandal yang terjadi di Liga 2 2018 pada laga antara PSMP Mojokerto dan Aceh United.

Vigit disebut menginstruksikan agar pemain PSMP, Krisna Adi, tak menggagalkan sepakan penaltinya ke gawang Aceh United. Posisi Vigit sebagai pemilik klub tersebut dinilai memungkinkannya untuk melakukan hal lancung tersebut.

Sebelum adanya pengakuan dari Krina Adi bahwa ada instruksi untuk menggagalkan sepakan penalti tersebut, salah seorang mantan kolega Vigit, Bambang Suryo sudah mengungkap keterlibatan Vigit pada skandal tersebut. Ia pun menyebut Vigit Waluyo sebagai sontoloyo.

"Ya si sontoloyo itulah yang memberi instruksi. Nggak cuma pertandingan itu saja. Banyak yang lain," kata BS, sapaan karib Bambang Suryo, kepada Bola.net, beberapa waktu lalu.

4 dari 6 halaman

Tersangkut Dualisme Persebaya

Tersangkut Dualisme Persebaya

Persebaya Surabaya (c) Bolanet

Tak hanya match fixing, kontroversi Vigit di lapangan hijau juga berlanjut di bidang lain. Ia sempat dikaitkan dengan dualisme Persebaya Surabaya, yang sempat terjadi beberapa tahun lalu.

Waktu itu, Vigit sedang mengelola Persikubar Kutai Barat. Dalam kapasitasnya tersebut, ia melakukan bedol desa pemain Persikubar ke tim yang dipacak sebagai Persebaya untuk berlaga di Divisi Utama.

Namun, keterlibatannya dalam dualisme Persebaya ini dibantah oleh Vigit. Ia sempat buka-bukaan soal bedol desa pemain Persikubar dan menyebut bahwa hal tersebut merupakan langkah untuk menyelamatkan Persebaya.

Belakangan, Persebaya yang berisi pemain Persikubar tersebut akhirnya bersalin nama beberapa kali. Saat ini, klub tersebut bersalin menjadi Bhayangkara Presisi Indonesia FC.

5 dari 6 halaman

Pernah Masuk Bui

Petualangannya di kancah sepak bola sempat membawa Vigit ke balik terali besi. Ia sempat menjalani hukuman di Lapas Sidoarjo.

Dalam kapasitasnya sebagai pengelola Deltras Sidoarjo, Vigit tersangkut kasus korupsi di PDAM Sidoarjo. Kasus ini merugikan negara sebesar Rp3 miliar.

Dalam proses persidangan, Vigit divonis 18 bulan penjara. Setelah sempat masuk dalam Daftar Pencarian Orang, pada akhir 2018, ia menyerahkan diri dan langsung dijebloskan ke dalam Lapas Sidoarjo.

6 dari 6 halaman

Kembali Tersangkut Kasus Match Fixing

Kontroversi seakan tak mau berpisah dengan Vigit Waluyo. Belakangan, namanya kembali dikaitkan dengan kasus pengaturan pertandingan. Kali ini, ia disebut membantu PSS Sleman pada laga Liga 2 2018 lalu, kontra Madura FC.

Selain Vigit, dalam kasus ini ditetapkan juga tujuh tersangka lain. Empat dari tujuh tersangka tersebut adalah wasit laga ini. Sementara, tiga orang lainnya berasal dari pihak PSS Sleman.

Akibat kasus ini, Vigit sendiri sudah mendapat hukuman dari PSSI. Sebagai anggota football family, seumur hidup ia dilarang terlibat lagi di sepak bola Indonesia.

(Bola.net/Dendy Gandakusumah)